oleh Joko Suharto
Hal utama apakah yang perlu diraih di
dalam hidup kita di dunia ini ?
Sehubungan dengan hal
penting tersebut, perlu kita simak Firman Allah sebagai barikut: “Wahai
jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah
ke dalam surga-Ku”. (QS. Al Fajr: 27-30).
Berarti,
memiliki “Jiwa yang tenang” merupakan hal yang semestinya sangat perlu
untuk diraih oleh mereka yang mengharap memperoleh kebahagian Surga-Nya
Allah. Jiwa yang tenang akan tumbuh di dalam diri seseorang bilamana
orang yang bersangkutan memiliki hati yang puas atau ridho serta diridho
pula oleh Allah SWT. Di dalam ayat-ayat tersebut tergambar bahwa ada
kaitannya antara ketenangan jiwa dengan hati yang ridho, serta ada
kaitan pula antara hati yang ridho dengan termasuknya orang yang
bersangkutan dalam “golongan hamba Allah” dan juga berkait pula akan
diperolehnya kebahagiaan “Surga”.
Bagaimanakah caranya
agar Kita bisa memiliki hati yang selalu ridho dan juga diridhoi?. Yaitu
memiliki hati yang selalu ridho menerima kehidupan kita, ridho menerima
segala kondisi yang ada pada diri kita, ridho menerima rezeki apa
adanya, ridho menerima musibah apapun bentuknya, dan juga ridho menerima
ketentuan-ketentuan lainnya ?.
Sebagai Hamba Allah yang
sebenar-benarnya maka diri orang yang bersangkutan akan memiliki
keridhoan dan ketenangan jiwa di dalam hidup dan dalam menghadapi
kematiannya. Mereka akan memiliki ketenangan dan keridhoan dalam
menerima segala ketentuan yang berlaku, jiwanya tidak bergejolak karena
nafsu hasratnya terkendali, tak pula muncul kekecewaan karena apapun
yang dia terimanya selalu dinilai baik baginya. Begitulah, hati seorang
hamba Allah akan selalu berprasangka baik kepada Tuhannya.
Jiwa
seseorang akan selalu tenang karena telah tumbuh sifat qona’ah pada
dirinya, menerima apa adanya, tidak serakah dan tidak pula bersifat
kikir. Dan Dia-pun telah Zuhud, tidak menggandrungi harta dan kenikmatan
dunia, sehingga tak muncul sifat iri dengki, dan dia pun selalu
bertawakkal berserah diri sepenuhnya kepada ketentuan Tuhannya. Demikian
ketenangan akan diperoleh oleh mereka yang memiliki jiwa Qona’ah,
zuhud, dan tawakkal.
Saudaraku, tuntunan agama dengan
segala hukum-hukumnya, berupa kewajiban-kewajiban, sunnah-sunnah, serta
larangannya, semuanya sangat erat hubungannya dengan pembentukan jiwa
yang tenang serta untuk memperoleh kebahagiaan Surga. Maka bagi
orang-orang yang kafir, fasik, munafik, syirik, maupun musrik, telah
diperingatkan padanya akan memperoleh kerugian-kerugian yang membuat
mereka akan jauh dari ketenangan dan kebahagiaan.
Cobalah
kita pikir,.. mana mungkin seseorang yang besar nafsu hasratnya dan
banyak melakukan pelanggaran akan memperoleh ketenangan jiwa???...
Sedangkan
sikap ketaatan, kekhusyukan, amal kebajikan, serta menjauhi segala
kemaksiatan, tentunya akan mewujudkan ketenangan jiwa dan kebahagiaan
hidup. Begitulah,.. bahwa sudah menjadi suatu hukum nyata bahwa
kebersihan hati, kelurusan sikap, dan amal-amal shalih, banyak membantu
orang lain akan membuat orang yang bersangkutan memperoleh ketentraman
dalam hidupnya.
Saudaraku, bayangkanlah betapa nikmat
kehidupan seseorang yang telah memiliki jiwa yang tenang, tak kan terasa
adanya kepahitan hidup pada dirinya, takkan kuwatir terhadap
kemiskinan, takkan bangga terhadap jabatan dan sanjungan, takkan
mengeluh saat memperoleh ujian, dan takkan takut terhadap datangnya
kematian. ... Sungguh dirinya telah mendapat kebahagiaan di dunia dan
sekaligus memiliki bekal kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak.
Kita
perhatikan,.. telah banyak orang yang menjadi lupa diri karena harta
dan atau jabatan. Mereka menjadi semakin serakah, telah lupa terhadap
umurnya yang semakin dekat dengan kematian. Rasulullah Saw. pernah
memberikan peringatan sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah r.a,
bahwa Rasul bersabda : ”Hati orang yang sudah tua dapat menjadi lupa
akan usianya bila ia terlalu mencintai hidup dan harta benda”. (HR.
Muslim)
Lalu,.. bagaimana dengan keadaan diri Kita
saat ini ?, Apakah telah terwujud jiwa yang tenang dalam diri kita?.
Sekiranya jiwa Kita masih penuh dengan gejolak-gejolak nafsu hasrat yang
besar, masih menggandrungi harta kekayaan, masih muncul keserakahan,
masih bernafsu terhadap kekuasaan, masih gila hormat dan mengharap
sanjungan-sanjungan, atau masih sangat mencintai kenikmatan dunia
lainnya??... Maka, bila seperti itu halnya kita perlu mengintrospeksi
diri, mengevaluasi pelaksanaan ibadah-ibadah yang selama ini telah kita
kerjakan, dan perlu segera kita memperbaikinya, melalui ightifar dan
do’a memohon petunjuk jalan yang benar.
Semoga Allah SWT
memberikan tuntunan-tuntunan kebenaran kepada Kita semua. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar